Palabuhan Ratu Masih Jauh dari Kenyamanan Pengunjung

Sudah tidak diragukan lagi keindahan yang ada di objek wisata yang satu ini, Palabuhan Ratu salah satu tempat yang menjadi tujuan wisata yang ada di Tatar Sunda yang sudah sangat populer di Tanah air. Namun kualitas dan fasilitasnya kenyamanannya masih jauh dari kata populer malah bisa dibilang begitu-begitu saja. Dulu sebelum masuk objek wisata sudah harus bayar kalau tidak salah per/mobil itu sebesar Rp 35.000, entah siapapun itu jika datang/masuk ke daerah itu dikenakan tarif tersebut entah itu mau datang untuk berwisata ataupun datang untuk bertamu ke sanak-saudara yang ada di daerah itu tetap harus membayar pungli tersebut.

Tapi sekarang perlakuan tersebut nampaknya sudah tidak ada, dan sekarang orang-orangpun bebas untuk berlalu-lalang melewatinya. Saya sangat bersyukur sekali jika pungli tersebut sudah dihilangkan karena sangat mengganggu kenyamanan para pengunjung yang ingin berwisata, bagaimana tidak mengganggu melihat mukanya saja (para pelaku pungli) sudah cukup menyebalkan mereka terlihat garang jauh dari norma sopan-santun/hospitality seakan-akan kita tidak berani untuk melawannya malahan mereka lebih cocok jadi preman ketimbang petugas penarik tiket. Saya yakin salah satu dari anda jika waktu dulu pernah berwisata ke Palabuhan Ratu pasti mengalami hal yang serupa.

Keadaan jalan dari kota Sukabumi menuju Palabuhan Ratu terbilang baik, namun menurut saya seharusnya keadaan jalan harus bisa lebih baik bukan dari aspalnya saja tapi dari kelengkapan adanya marka jalan yang masih kurang keberadaannya juga banyaknya Truk Toronton yang bisa kapan saja berlalulalang di jalan tersebut. Dan yang paling saya ingat adalah banyaknya kendaraan bermotor roda dua yang tidak memiliki kelengkapan plat nomor dan menggunakan knalpot bising, ternyata yang menggunakan kendaraan tersebut bukan hanya anak kecil/berandalan kampung saja tetapi ada juga yang menggunakannya dari pegawai pemerintahaan!!??  miris sekali melihat keadaan tersebut kenapa tidak ada tindakan dari aparat setempat untuk menertibkannya malah terkesan seperti pembiaran-pembiaran yang sudah membudaya.

Jika dibandingkan dengan Bali, jelas sekali kontrasnya Palabuhan Ratu sangat jauh malahan jauh sekali dengan kenyamanan yang ada di Bali. Di Bali tidak ada pungli kita bebas mau berwisata ke pantai manapun keadaan pantai dan jalan raya jauh dari sampah pantai sangat terawat malah di pantai Kuta memiliki dua alat berat untuk membersihkan pantai kalau di Palabuhan Ratu mana ada yang seperti itu. Masuk toilet atau mandi untuk membersihkan pasir yang menempel di badan di Bali tidak usah bayar tapi jika di Palabuhan Ratu minimal harus bayar Rp2.000 untuk sekali masuk toilet dan Rp3.000 untuk mandi, jika ingin duduk di saung-saung yang sudah ada harus membayar Rp15.000/Jam dan biaya parkir mobil sebesar Rp20.000. jadi jika anda hendak bertamasya ke Palabuhan Ratu dengan Budget minim jangan harap bisa refreshing yang ada adalah rasa kesal dan bebal, harga untuk secangkir kopi dengan air setengah gelas aja Rp4.000 mending anda beli saja di mini market dengan harga Rp4.100 dalam kemasan dingin pula, belum lagi pelayanan dari penjaga toko yang kurang sopan kalau kata Urang Sunda mah “teu someah”.

Saya berharap pemda setempat ataupun provinsi untuk segera membenahi hal-hal tersebut menata ulang kembali menjadi nyaman dan bersahabat dengan para turis domestik maupun asing bukan malah menekan atau memerasnya. Jika tetap seperti itu siapa yang mau berwisata ke sana toh yang ada bukan refreshing. Padahal jika dilihat dari potensi pariwisata Palabuhan Ratu tidak kalah hebatnya dengan Bali, Palabuhan Ratu banyak menyimpan keindahan-keindahan alamnya dari pertama masuk Citepus saja sudah terkesan ada pula Karang Hawu belum lagi Cibareno dan objek wisata lainnya seperti Guha Lalay/kalong dan masih banyak yang lainnya. Seandainya saja pemprov dapat mempercepat pembuatan jalan tol mungkin jumlah pengunjung sudah tidak akan terbendung lagi dan baiknya diimbangi dengan pelayanan konsumen yang pro-rakyat kecil dimana harga-harga tidak melambung jauh terbang tinggi seakan-akan kita yang berwisata ini membawa uang satu koper saja, yang butuh berwisata bukan hanya orang kaya saja tapi rakyat jelata seperti sayapun ingin sesekali berwisata.
Pantai yang saya masuki masih sekitaran Citepus namun dari tiket parkir yang saya dapatkan adalah “TAMAN WISATA ALAM SUKAWAYANA” entahlah mungkin Citepus termasuk kedalam kawasan Taman tersebut?? Saya tidak tahu persisnya entah tepat atau tidaknya penggunaan tiket tersebut. Bagi anda yang hendak berwisata sekeluarga hati-hatilah dalam membeli ada kalanya bertanya dahulu jangan asal ambil saja, hindari konflik yang tidak perlu dan ingat tujuannya adalah berwisata jangan sampai merusak keindahan, kenyamanan saat menikmati objek wisata bersama keluarga.

Komentar